Selasa, 26 Mei 2009

KABUPATEN SUBANG, AGRIBISNIS JADI PILIHAN


Memasuki era otonomi, agribisnis menjadi pilihan Kabupaten Subang untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Pemilihan agribisnis, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai usaha yang berhubungan dengan pertanian, terkait dengan potensi yang dimiliki.
Daerah di pesisir Utara Laut Jawa ini mempunyai sumber kekayaan alam yang tersebar dalam tiga zona: pegunungan, dataran rendah, dan laut.

DAERAH pegunungan di sebelah selatan merupakan areal komoditas perkebunan seperti cengkeh, kopi, dan teh. Pada tahun 2001 dari areal kopi rakyat seluas 446,5 hektar yang tersebar di sembilan kecamatan antara lain Cisalak, Sagalaherang, dan Tanjungsiang dihasilkan 5.282 ton kopi. Sementara itu, perkebunan cengkeh 670 hektar di delapan kecamatan, terutama Sagalaherang menghasilkan 1.995 ton cengkeh. Sedangkan perkebunan teh rakyat di Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak dan Cisalak. Teh yang dihasilkan dari lahan 296 hektar mencapai 1.895 ton. Perpaduan areal perkebunan rakyat, alam yang asri dan udara yang segar, memungkinan kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung ini menjadi obyek wisata.

Sementara itu, laut menyediakan berbagai jenis komoditas yang menjadi gantungan hidup penduduk Kecamatan Balanakan dan Legonkulon. Di kedua tempat ini terdapat 544 rumah tangga perikanan laut dan sekurangnya dua ribu rumah tangga buruh perikanan laut. Meskipun rumah tangga perikanan laut itu hanya sekitar tiga persen jika dibandingkan dengan seluruh rumah tangga perikanan berjumlah 18.224, namun mampu memberikan produksi Rp 120,6 milyar. Hasil ikan dari laut yang memiliki panjang pantai sekitar 22 kilometer ini 14.070 ton. Angka ini setara dengan 46 persen produksi perikanan Subang yang seluruhnya 30.151 ton dengan nilai Rp 334,9 milyar.

Subang memanfaatkan dataran rendah untuk mengolah sawah. Dengan areal sawah 84.701 hektar atau 41,28 persen dari luas seluruh wilayah, Subang menjadi kabupaten yang memiliki lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat. Lainnya, Kabupaten Indramayu dan Karawang masing-masing 118.513 hektar dan 93.590 hektar.

Sekurangnya 70 persen sawah di Subang merupakan sawah irigasi teknis. Jenis padi yang digunakan antara lain varietas Way Apu Buru (WAY A-B), IR-64 dan Widas. Dengan suplai air antara lain dari saluran induk Tarum Timur, varietas padi unggul tahan wereng yang ditanam menghasilkan padi tidak kurang 888.688 ton pada tahun 2001. Produksi ini berasal dari panen 168.693 hektar. Sentra produksi padi menyebar di seluruh kecamatan, namun Kecamatan Binong dan Pusakanagara merupakan daerah penghasil padi terbesar. Kedua kecamatan itu masing-masing menghasilkan tidak kurang 89.000 ton dan 68.000 ton padi.

Selain padi, andalan dari kelompok buah-buahan, nanas dan rambutan. Setiap tahun Subang menghasilkan tidak kurang 59.000 ton nanas. Sentra produksi buah yang kulitnya bersusun sisik ini di Kecamatan Jalancagak. Tetapi, tidak semua nanas yang dihasilkan adalah nanas "Si Madu" yang kondang ke seluruh negeri. Nanas jenis ini terkenal karena berair banyak dan mempunyai rasa manis tanpa rasa getir dan tidak menyebabkan gatal di kerongkongan.

Buah yang memiliki berat antara 3-3,5 kilogram ini menjadi istimewa karena tidak mudah ditemukan. Sama seperti satu atau dua kelapa muda kopyor yang ditemukan dalam rimbunan buah kelapa, sebutir atau dua butir nanas madu mungkin bisa ditemukan dalam satu kuintal nanas. Itu sebabnya tidak mudah bagi yang ingin mencicipi buah itu menemukannya dalam deretan kios penjual nanas yang bertebaran di sepanjang jalan di Kecamatan Jalancagak.

Untuk buah rambutan yang juga komoditas unggulan, Subang menghasilkan 36.017 ton rambutan dari 487.489 pohon. Sebagian besar berada di kecamatan Purwadadi, sebagian lagi tersebar di Kalijati, Cipeundeuy dan Cikaum.

Padi, buah-buahan, sayur-sayuran, dan palawija yang lazim disebut tanaman bahan makanan dapat dikatakan sebagai penggerak ekonomi Subang. Pada tahun 2001 tanaman bahan pangan ini menghasilkan nilai sedikitnya Rp 1,8 trilyun. Angka ini setara dengan 89,5 persen dari nilai seluruh kegiatan ekonomi di bidang pertanian yang berjumlah tidak kurang dari Rp 2 trilyun.

Di antara sembilan lapangan usaha, pertanian yang terdiri dari lima jenis kegiatan: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan menyerap tenaga kerja terbanyak, 335 ribu orang. Jumlah ini mencapai 55 persen dari seluruh tenaga kerja yang berjumlah 640.746 oang. Hasil kerja mereka memberikan kontribusi tidak kurang dari 44,4 persen dari seluruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang berjumlah Rp 4,5 trilyun.

Pemasaran produk pertanian Subang relatif mudah. Selain untuk konsumsi masyarakat Subang sendiri, juga untuk memenuhi kebutuhan penduduk di daerah-daerah tetangga seperti Jakarta dan Bandung. Kemudahan itu ditunjang dengan lokasi Subang yang strategis. Daerah ini berjarak 58 kilometer dari ibu kota Jawa Barat dan 161 kilometer dari ibu kota negara serta berada di jalur pantai utara Jawa yang merupakan jalur transportasi angkutan darat.

Pada pasar lokal, hasil pertanian antara lain digunakan untuk konsumsi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Subang mencatat 2.661.213 wisatawan nusantara dan 34.076 wisatawan asing mendatangi 11 obyek wisata di Subang. Terbanyak datang ke lokasi primadona wisata kabupaten ini, pemandian air panas di Desa Ciater, Kecamatan Jalancagak. Sekitar 1,6 juta orang menikmati pesona alam dan udara yang sejuk atau berendam di air yang diyakini berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan tulang. Tempat favorit yang lain adalah Gunung Tangkuban Perahu. Legenda percintaan Sangkuriang dengan ibunya Dayang Sumbi, menjadi salah satu magnet yang menarik minimal 800 ribu orang datang ke gunung yang tingginya sekitar 1.930 meter di atas permukaan laut (29 Januari 2003)

Sumber :
Tokoh Indonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), BE Julianery/Litbang Kompas. KOMPAS 29/01/03 dalam :
27 Mei 2009

Sumber Gambar :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar